Temuan benda yang dinilai peninggalan sejarah diduga benda peninggalan sejarah jaman belanda. Sebab, akses kereta menuju stasiun Bekasi dibangun oleh Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS) tahun 1871.
Akses jalur kereta yang dibuka berada di tepi timur Batavia. Stasiun utamanya terletak 200 meter di selatan Stasiun Batavia Netherland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Baca juga: Berikut Daftar Terduga Teroris yang Ditangkap di Bekasi
Lokasi saat ini dikenal dengan stasiun Kota atau lebih akrab Beos. Mengutip dari laman commuterline, nama Beos mengambil dari kalimat Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS).
Wilkpedia mencatat secara resmi pendirian Stasiun Bekasi itu pada tahun 1881. Itu artinya, kondisi Indonesia masih dijajah Belanda.
Namun, disisi lain, tragedi pembantaian juga sempat terjadi di sekitar Kali Bekasi, lokasinya tak jauh dari Stasiun Bekasi. Tempat itu, menjadi saksi bisu pembantaian tentara Jepang usai proklamasi kemerdekaan 1945.
Baca juga: Kabupaten Salip Kota Bekasi, Gelar Tatap Muka Sekolah Diizinkan
Tentara keamanan rakyat (TKR) pimpinan Letnan Dua Zakaria Burhanuddin (21 tahun) yang saat itu menjabat sebagai Wakil Komandan TKR Batalyon V Bekasi mendapat telepon dari komandannya di Jakarta, Mayor Sambas Atmadinata.
Dibalik telepon itu, Zakaria mendapat informasi adanya perjalanan tentara Jepang menuju ke Subang menggunakan kereta.
Baca juga: Adanya Benda Cagar Budaya, Pembangunan Revitalisasi Stasiun Bekasi Diminta Berhenti
Dengan cepat, Zakaria berkordinasi kepada pihak Stasiun Bekasi untuk memutar wesel ke jalur buntu. Setelah melintas, para tentara Jepang terkepung.
Dia mengabarkan ke wakilnya tersebut bahwa baru saja kereta api dari Stasiun Jatinegara berangkat menuju Subang. Kereta dengan delapan gerbong berisi sekitar 87 tentara Jepang dari Kesatuan Kaigun (Angkatan Laut). Mereka merupakan tawanan sekutu yang hendak dipulangkan ke Jepang dari Jakarta melalui Lapangan Udara Kalijati, Subang, Jawa Barat mengunakan jalur kereta api. (cil)