Inovasi Tes Coronavirus: Diklaim Lebih Cepat dan Akurat

oleh -64 views
Inovasi Tes Coronavirus 2019: Diklaim Lebih Cepat dan Akurat
Ilustrasi Coronavirus. Foto: Dokumnetasi Penulis

Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, mempublikasi data baru ihwal virus Corona atau Covid-19. Pada publikasi teranyar tersebut mencatat manusia terinfeksi di dunia saat ini mencapai 2.578.930 orang hingga Rabu (22/4/2020).

Mengutip dari berbagai sumber, artinya tingkat transmisi Corona Virus jauh lebih cepat daripada SARS dan MERS. Terlebih, kasus penularan Covid-19 ini dapat menular tanpa menunjukkan gejala.

Banyak alat yang sudah dikeluarkan dunia sebagai akurasi proteksi untuk mendeteksi orang-orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 ini. Misalnya saja alat Rapid Test. Alat ini sejatinya hanya berbasis anitigen atau antobody yang mampu memperlihatkan keberadaan SARS-CoV-2 dalam tubuh manusia. Namun, tingkat akurasi hasilnya sangatlah rendah.

Tes lanjutan dibutuhkan dengan alat real-time reverse transcription-polymerase chain reaction atau disingkat rRT-PCR. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau yang kini dikenal dengan sebutan WHO menyatakan bahwa rRT-PCR dibutuhkan untuk mendiagnosis sesorang terinfeksi SARS-CoV-2 atau tidak.

Secara ideal, diagnosis menggunakan rapid test membutuhkan waktu 15 menit, sedangkan rRT-PCR membutuhkan setidaknya 6 jam hingga 3 hari (Sariadji, 2020) . Selain itu, proses persiapan awal ribonucleic acid (RNA) SARS-CoV-2 dapat memengaruhi akurasi diagnosis pada rRT-PCR. Telah dilaporkan bahwan pernah terjadi kesalahan diagnosis COVID-19 dari uji rRT-PCR bila merujik artikel dari Xie dkk., 2020.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan metode yang praktis, cepat, dan akurat untuk mendiagnosis Covid-19. Setelah berita penelitian menggunakan fototermal plasmoniksebagaimana ditulis Sumartiningtyas, baru-baru ini peneliti asal negeri ginseng membuat alat yang mampu mengukur keberadaan virus SARS-CoV-2 dalam hitungan menit

Giwan Seo, dkk dari Korea Basic Science Institute membuat alat berbasis Field-Effect-Transistor (FET) yang dilapisi dengan lembaran graphen. Kemudian, permukaan graphen difungsionalisasi dengan antibodi yang spesifik terhadap protein spike SARS-CoV-2 (COVID-19 FET sensor).

Tim ini menggunakan perubahan arus listrik yang terjadi selama mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2. Karena dipadukan dengan graphen, alat ini mampu mengurangi noise signal selama proses pendeteksian sehingga hasil pengukuran lebih akurat.

Ketika mereka memberikan protein spike murni atau hasil kultur virus SARS-CoV-2 ke Covid-19 FET sensor, maka akan terjadi ikatan dengan antibodi yang ditunjukkan dengan perubahan arus listrik.

Peneliti ini juga menggunakan sampel nasopharyngeal swab dari pasien COVID-19 dan pasien sehat sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan alat sensor ini mampu membedakan sample dari pasien yang menderita Covid-19 dan pasien sehat.

Selain tanpa preparasi sample, Covid-19 FET sensor juga dilaporkan mampu merespon sampel SARS-CoV-2 dengan konsentrasi kecil. Waktu yang dibutuhkan hanya 3 menit per sampel.

Hasil penelitian menunjukkan alat yang mereka buat memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2 sehingga dapat menjadi kandidat kuat pengujian SARS-CoV-2 selain rapid test dan rRT-PCR.

Penulis: Daru Seto Bagus Anugrah (Dosen Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)

Tentang Penulis: Kabar Bekasi

Gambar Gravatar
Kabarbekasi.ID menyajikan berita aktual dan akurat seputar Bekasi. Dilaporkan langsung oleh para reporter kami di lapangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.