PT Unilever Indonesia, Tbk. menyambut peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021 dengan mendorong kolaborasi yang lebih erat dengan para pelaku rantai nilai sampah, khususnya para pemulung, yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung terciptanya ekonomi sirkular.
Melalui kerja sama dengan Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM), Unilever Indonesia mengusung semangat #MariBerbagiPeran dalam meningkatkan kualitas hidup serta kapabilitas para pemulung sehingga mereka dapat terus berkontribusi di dalam rantai nilai pengelolaan sampah.
Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk, Nurdiana Darus menerangkan, Unilever Indonesia terus berkomitmen membantu mengatasi permasalahan plastik mulai dari hulu, tengah hingga hilir rantai bisnisnya. Dalam menjalankan komitmen ini, pihaknya percaya bahwa plastik sebagai bagian tak terpisahkan dari keseharian.
“Namun nyatanya, studi terbaru yang kami laksanakan bersama Sustainable Waste Indonesia (SWI) memperlihatkan bahwa dari 189.349 ton sampah plastik rata-rata/bulan yang dihasilkan di Pulau Jawa, hanya 11,83% yang dapat dikumpulkan sementara sisanya sebanyak 88,17% berakhir di TPA atau tidak terangkut sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan,” katanya.
Padahal, kata dia, jika dikelola dengan baik, sampah plastik justru dapat memberikan nilai ekonomi. Sehingga transisi menuju konsep ekonomi sirkular kini menjadi semakin krusial untuk mengubah permasalahan sampah plastik menjadi peluang menuju pemulihan ekonomi nasional.
Dr. Ir. Novrizal Tahar, IPM selaku Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mengatakan, potensi pengelolaan sampah untuk mendukung perekonomian pun kian terlihat nyata selama pandemi.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, sektor pengadaan air, kata dia, pengelolaan sampah, dan limbah merupakan tiga dari tujuh sektor yang masih bertumbuh secara positif, yaitu 6,04%.
“Fakta ini merupakan kabar baik bagi pengelolaan sampah di Indonesia karena menggambarkan bahwa bidang pengelolaan sampah adalah sektor usaha yang terus menggeliat,” katanya.
Dr. Alin Halimatussadiah, Ph.D selaku Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan, LPEM FEB UI menilai, agar mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata, perwujudan ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi setiap pelaku rantai nilai sampah yang terdiri dari begitu banyak pihak.
Mulai dari pemerintah, dunia usaha/industri, sektor informal, hingga masyarakat pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah. “Oleh karena itu, sudah saatnya kita melekatkan para pemulung ke dalam rantai kesatuan pengelolaan sampah yang lebih utuh,” katanya. (put)